Fahri Hamzah mengisi kuliah umum di Muktamar X KAMMI |
Rakyat Bangka - Fahri Hamzah menyebut istilah muslim negarawan bagi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) adalah sesuatu gagasan besar yang perlu dijabarkan dalam sebuah teks sehingga mampu diserap dan menyadarkan masyarakat akan jati diri sebagai muslim yang mencintai negara.
"Tafsir muslim negarawan dituangkan dalam buku sistematis, ini penting karena ini adalah ruh yang hilang di negeri ini," jelas deklarator KAMMI juga sebagai Wakil ketua DPR RI di Muktamar KAMMI ke sepuluh di asrama haji Medan, Sumatera Utara, Jum'at (15/12).
Kesadaran bernegara, Kata Fahri, telah hilang di tengah hati bangsa berpenduduk muslim terbesar ini lantaran dikaburkan oleh narasi baru yang menyudutkan islam. Narasi baru yang menuduh islam tidak toleran dan anti Pancasila.
Narasi yang menggambarkan NKRI tidak akan mampu bertahan, hancur karena penduduk muslim intoleran.
Narasi yang memberikan cap buruk muslim sebagai pelaku teror bom, masyarakat miskin dan umat yang terbelakang. Hal itu selalu dipaksakan untuk diterima umat muslim oleh media anti islam hingga muslim takut mengakui keislamannya.
Padahal jika melihat dari sejarah, Islam telah lama hadir sebelum Indonesia ada, Islam menyadarkan Indonesia dari perpecahan dan penjajahan. Negara lahir karena kesadaran kerajaan-kerajaan kecil dari penjuru pelosok negeri seperti kerajaan Samudra Pasai di Aceh atau kerajaan Tidore dari Timur akan perlunya kehadiran negara kesatuan, NKRI.
Lebih jauh, lanjut Fahri, untuk membangkitkan kesadaran bernegara tersebut tentu membutuhkan kerja keras pemuda. Pemuda harus siap menggantikan dan menyambung semangat perjuangan para pendiri bangsa, mempertahankan keutuhan negara. Pun pemuda harus tampil dengan gagasan baru.
"Membaca sejarah baru, sejarah Islam seperti membangkitkan 'batang parangdam' sesuatu yang tidak ada dan hilang, seperti membaca sirah Nabi yang menyalakan energi dan semangat baru. Sehingga Islam menjadi cahaya di gelepan zamannya," kata Fahri.
Sebelum islam hadir, bangsa saling mangsa, orang dibunuh karena tidak berharga, wanita tidak dihargai, orang saling menipu. Lalu Islam hadir memberikan cahaya yang telah pudar.
Namun, sebagai calon pemimpin sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, pemuda harus mengerti bahwa
pemimpin terpilih karena kemurnian niat membangun bangsa dan konsisten dalam kebaikan, "orang yang murni akan bertahan dan kotor akan tersingkir," terangnya
"Madinah tidak lahir karena insting mencari makan, bukan kota kapitalis. Tapi Madinah sebagai kota yang menjadi tempat tujuan hijrah, sehingga tidak mungkin orang berhijrah ke sana kecuali kemurnian niat, karena Madinah bukanlah tempat yang nyaman," terangnya.
[Musdianto]