Logo Dari KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) |
Ditulis Oleh *_ Aktivis KAMMI BABEL_*
Rakyat Bangka -- Perjalanan waktu terus melaju meninggalkan masa lalu dan menjemput masa depan, kini Sang Pilot Penerbangan menuju bintang harus berganti di pergerakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Daerah Bangka Belitung. Telah menjadi sebuah keharusan organisasi yang berbasis Pengkaderan melakukan regenerasi kepemimpinan, sehingga cita-cita KAMMI terealisasi di penjuru Negeri.
Proses pergantian ini akan menguji keberhasilan Leader dan kepengurusan yang lama dalam menerbangkan pesawat pergerakan, apakah mampu melahirkan pilot yang lebih baik dari sebelumnya hingga mampu meraih bintang harapan.
Untuk meraih bintang harapan dibutuhkan Pemimpin bukan pemimpi disiang bolong melompong. Sehingga dibutuhkan sosok Pilot yang mempunyai cita-cita yang tidak hanya sekedar mimpi. Menjadi pertanyaan bersama bahwasanya sosok Ideal seperti apa untuk melanjutkan penerbangan di KAMDA BABEL.
Didalam buku "Leadership Setengah Malaikat: Octavia Pramono" menyampaikan bahwa Leadership adalah seni. Sehingga setiap pemimpin harus memiliki seni baik dalam mengelola manusia dan mengelola sumberdaya, dan seni kepemimpinan ini dipengaruhi oleh 2 faktor penting pembentukan jiwa kepemimpinan: pertama, pemimpin yang lahir dengan jiwa pemimpin. Kedua, pemimpin yang lahir dari pengalaman kepemimpinan.
Sosok ideal gaya kepemimpinan harus memiliki 2 faktor tersebut kalau dilihat dari proses pembentukan jiwa kepemimpinan.
Sosok ideal gaya kepemimpinan harus memiliki 2 faktor tersebut kalau dilihat dari proses pembentukan jiwa kepemimpinan.
Akan tetapi disaat ditelusuri dari cara memimpin, maka secara sederhana terdapat 3 gaya kepemimpinan yaitu Otoriter, Demokratis, dan gabungan diantara dua itu. Didalam pergerakan KAMMI sering sekali kata-kata "sami'na wa atho'na" yang menjadi senjata ampuh para pemimpin, padahal itu bagian daripada otoriter. Padahal dulu para sahabat Rasulullah Saw memaknai ayat itu tidak seperti itu, bahkan para sahabat mempunyai hak menyampaikan pendapat mereka. Ini terbukti dibeberapa peperangan antara lain penggalian parit pada perang ahzab dan berperang di bukit Uhud pada perang Uhud. Ini seharusnya menjadi kecaman yang tegas kepada Pilot penerbangan dalam meraih bintang agar tidak merasa dia adalah Dewa yang harus dita'ati.
Disisi yang lain imam Syahid Hasan Al-Banna pernah ditanyakan siapakah yang akan menjadi pengganti beliau melanjutkan estafet perjuangan bila ia telah tiada. Dengan sederhana beliau menjawab "angkatlah orang yang paling lemah diantara kalian, dan ta'ati lah dia". Namun kata-kata ini jangan sampai salah diartikan, sesungguhnya didalam kata beliau ini punya makna itu lah seharusnya pemimpin. Yaitu dia adalah pelayan bagi orang-orang yang dia pimpin, dia seharusnya memperhatikan orang-orang yang ia pimpin dan berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk mereka dan organisasi yang menjadi sarananya.
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw, sering para da'i menceritakan kebaikan beliau disaat seorang kakek-kakek mengatakan Muhammad itu gila dan jauhilah dia, namun beliau setiap hari pula menyuapi orang tersebut. Ini sebenarnya cara memimpin yang luar biasa, seorang yang buta menjadi beban masyarakat pun dipedulikan nya. Kalau berkaca dengan KAMMI di Babel perlu menjadi muhasabah, bahkan kader yang sudah terekrut sering tidak diperhatikan hingga mereka pergi entah kemana.
Kriteria Pilot penerbangan selanjutnya harus memiliki cita-cita yang besar untuk KAMMI daerah Babel yang memahami kondisi cuaca, angin, dan penghalang lainnya yang dapat menghambat mencapai bintang tujuan. Akan tetapi dalam menentukan bintang yang akan dituju seharusnya memperhatikan kondisi pesawat penerbangan dan orang yang diikuti sertakan dalam penerbangan.
Hal penting yang Pemimpin lakukan agar ia tidak hanya menjadi pemimpi antara lain: pertama, ia harus mengenal siapa dirinya, potensi diri yang ada baik soft skill maupun hard skill. Kedua, memahami bahwasanya ia membutuhkan orang lain untuk mencapai bintang harapan. Ketiga, dia harus bersikap komunikatif kepada seluruh masyarakat baik internal maupun eksternal. Keempat, dia harus peka dengan kondisi dan keadaan. Kelima, dia harus mampu mengendalikan emosi. Keenam, dia harus berani mengakui kesalahan nya dan kapasitas serta keterbatasannya. (Rahmat).